Dalam gambar teknik maupun gambar yang digunakan
sebagaimana umumnya, penggunaan simbol yang dilengkapi dengan notasi dan skala,
sangat umum digunakan untuk mewakili suatu keadaan, kondisi atau makna tertentu
dari obyek/benda tertentu.
Friday, June 14, 2019
Tuesday, March 12, 2019
Pengertian Kota Untuk Arsitek
Postingan
ini membahas tentang definisi kota dari berbagai sudut pandang ilmuwan dan
pemaparan tugas-tugas para ilmuwan yang terlibat dalam perencanaan kota,
perbedaan ilmu arsitektur, perencanaan kota (urban planning) dan perancangan
kota (urban design) serta pemaparan kawasan kota yang tetap dikonservasikan
sebagai penguat arsitektur kota.
Definisi
Kota
Di
dalam istilah “kota” secara arsitektural masih banyak aspek yang perlu
diperhatikan, dan masing-masing aspek berbeda dari satu ternpat dengan tempat yang
lainnya.
Pengertian
dari kota adalah barisan pertemuan semua kepentingan manusia dalam sebuah
kolase ruang besar, sehingga kota dapat dikatakan sebagai sebuah organisme,
yang merupakan sebuah pusat industri, perdagangan, pendidikan, pemerintahan,
atau mencakup semua kegiatan tersebut.
Sebuah
kota cenderung menjadi besar bila dasar ekonomi-nya luas. Sementara kota kecil
biasanya bergantung pada kota besar untuk mempertahankan kehidupan ekonominya.
Perlu
diketahui bahwasanya pengertian kota sering dipahami dari berbagai sudut
pandang yang sangat kornpleks, dengan berbagai pendekatan terutama pendekatan
metafora, yang dapat membantu kita memahami konseptualisasi berbagai aspek
kehidupan kota ditinjau dari aspek sejarahnya.
Seperti
yang diungkapkan oleh Lewis Murnford (1895-1990), dalam buku terpentingnya yang
berjudul The City in History, sedikitnya terdapat lima metafora yakni kota
sebagai:
1.
Magnet (yang menarik orang dan sekaligus
gagasannya)
2.
Kontainer (yang menjadi wadah)
3.
Necropolis (kota kematian, yang akan rnenjadi
kuburan akhir yang menanti semua peradaban)
4.
Megamachine (yang menghancurkan unsur
kemanusiaan)
5. Pentagon
(yang menjadi simbol militerisme, kekuatan, dan perusak karena obsesi
modernitas dengan megastruktur dan kekuatan yang tidak seimbang antara potensi
teknologi dengan kerusakan sosial)
Dari
ungkapan tersebut Mumford dapat mempengaruhi kita untuk lebih mengerti,
memahami dan memusatkan aspek kemanusiaan dalam pewujudan dan pembangunan kota
Berikut
ini definisi daerah perkotaan:
1. Penyatuan
suku-suku adat maupun keturunan-keturunan dengan gaya hidup yang berbeda-beda yang
berkumpul di suatu pusat yang digunakan sebagai tempat pertemuan bersama dengan
perlindungan atau bentuk yang lainnya, atau perkumpulan lembaga politik atau
kedaulatan yang dibentuk oleh masyarakat.
2. Lokasi-lokasi
di mana terdapat kemungkinan adanya suatu lingkungan kehidupan yang
beraneka-ragam dan gaya-gaya hidup yang berbeda-beda.
3. Perkumpulan
orang-orang bisnis, tempat pertukaran informasi yang lebih cepat, tempat dengan
sarana transportasi yang lebih mudah, memadai, dan lebih cepat.
Sedangkan pengertian kota berdasarkan disiplin
ilmu, yaitu:
1.
Dalam pengertian geografis, kota adalah suatu
tempat yang penduduknya rapat, rumah-rurnahnya berkelompok, dan mata
pencaharian penduduknya bukan pertanian/perkebunan.
2. Dalam
pengertian hukum di Indonesia, macam-macam kota antara lain:
a.
Kota sebagai ibukota nasional Jakarta
b.
Ibukota propinsi
c.
Ibukota kabupaten dan kotarnadya
d.
Kota adrnirristratif (kotatif)
e. Kota
kecarnatan
Selain
beberapa pengertian di atas, analisis terhadap kekuatan-kekuatan yang mengatur
bentuk kota, apakah itu kekuatan ekonomi, sosial atau politik, adalah
diperlukan untuk membuat batasan-batasan umum dari bentuk itu.
Hal
tersebut perlu diketahui karena kota sebagai proses dipandang sebagai hasil
dari penitik beratan pada bidang ekonomi, kota sebagai alat teknis merupakan
hasil pertimbangan-pertimbangan perancangan.
Kota
sebagai ekspresi perintah sebagai serangkaian usaha-usaha pada perpecahan
sosial, kota sebagai suatu resolusi (pemecahan) problem-problem perencanaan
yang berkenaan dengan perpecahan professional, dan kota sebagai pengalaman yang
koheren, yang berkenaan dengan perpecahan formal.
Kota
secara fisik terdiri atas tiga tingkatan, yaitu bangunan-bangunan dan
kegiatannya yang berada di atas atau dekat dengan muka tanah, instalasi-instalasi
di bawah tanah, dan kegiatan-kegiatan di dalam ruangan "kosong" di
angkasa.
Tetapi
pengertian yang umum menyebutkan, kota itu adalah tempat yang mempunyai
prasarana kota, yaitu bangunan besar-besar, banyak bangunan perkantoran, jalan
yang lebar-lebar, pasar yang luas-luas, beserta pertokoannya, jaringan listrik
serta jaringan pipa air minum.
Menurut
Doxiadis dalam Ekistic (1973)
kota
yang lebih besar namanya adalah adikota (metropolis) yang penduduknya lebih
dari dua juta orang, kota raksasa (megalopolis) berpenduduk seratus juta orang
atau lebih, wilayah kota (urban region) berpenduduk kira-kira tujuh ratus juta
jiwa dan merupakan kota di seluruh wilayah, benua kota (urbanized continenl)
berpenduduk kira-kira lima miliar jiwa serta merupakan kota seluruh benua, dan
mahakota (ekumenopolls) yang jumlah penduduk kira-kira tiga puluh miliar jiwa.
Ciri
kehidupan kota, pada umumnya ditandai oleh adanya dominasi sektor sekunder
(industri) dan tersier (asa perdagangan) yang berperan besar dalam kehidupan
ekonomi.
Tidak
hanya itu, dengan jumlah penduduk relatif meningkat tajam akibat dari urbanisasi,
sehingga susunan sosial penduduknya sangat heterogen dibandingkan dengan
pedesaan.
Banyaknya
aktivitas kota menyebabkan dibutuhkannya bangunan yang cukup besar dan tinggi,
serta meningkatnya transportasi yang cukup pesat. Fungsi kota secara internal
(sekunder) yaitu:
1.
Sebagai kegiatan kehidupan dalam wadah kehidupan
sosial-budaya penduduk setempat, seperti kawasan pemukiman dan sararranya
2.
Sebagai wadah kegiatan ekonomi lokal, mendukung
rumah tangga penduduk, dalam hal:
a.
Kebutuhan produksi yaitu bentuk pusat kerja
pemerintah dan swasta, produksi/industri,
b.
Kebutuhan kerjasama jasa, distribusi transaksi,
dan simpul pertukaran informasi,
c.
Kebutuhan layanan transportasi lokal: simpul
jaringan sirkulasi berupa terminal, stasiun, dan bandara maupun pelabuhan.
3.
Sebagai satuan fisik infrastruktur lokal
4. Sebagai
wadah politik dan administrasi pemerintahan.
Sedangkan fungsi kota secara eksternal (primer)
adalah:
1.
Sebagai Pusat interaksi dan wadah kegiatan sosial budaya bagi penduduk lebih
luas
2.
Pusat dan wadah kegiatan ekonomi ekspor sehingga
mempengaruhi manajemen transaksi industri antara lain produksi barang, produksi
jasa, koleksi dan distribusi untuk wilayah luas;
3.
Kota berfungsi ebagai simpul komunikasi yang
lebih lengkap dan cepat dengan jangkauan yang lebih wilayah luas
4.
Sebagai satuan fisik infrastruktural terkait
dengan jaringan wilayah luas.
5.
Kota sebagai pusat politik dan administrasi
pemerintahan untuk kepentingan tingkat wilayah lebih atas.
Kondisi
kota yang sudah lama terjadi di Indonesia sangat kompleks yaitu pertumbuhan/perkernbangannya
tidak merata, masih dipengaruhi oleh pasar, terjadi proses
komersialisasi/privatisasi yang cenderung tidak terkontrol, kerusakan
lingkungan semakin parah, inefisiensi sumber daya dan bahkan terjadi ketidak-adilan
sosial.
Sehingga, kota-kota di Indonesia dapat
dikarakteristikkan sebagai berikut:
1.
Tumbuh secara tidak terencana (organis)
2.
Cerrderung tidak terken dali (sprawt)
3.
Mengabaikan aspek tata guna lahan, sehingga guna
lahannya tercampur (mixed-uses)
4.
Dualism ekonomi: formal- infonnal
5.
Budaya kota yang khas
6.
Aturan-aturan pemerirrtah kota daerah banyak
yang tidak terlaksana.
Dari
ciri-ciri tersebut, menimbulkan tantangan-tantangan baru perencanaan dalam
mengatasi kerniskinan dan ketidak-adilan sosial, mengatasi globalisasi dan
pasar bebas/kapitalisme/komersialisasi/privatisasi, demokratisasi dan
desentralisasi, pluralisrne, serta mengatasi kerusakan lingkungan.
Pertumbuhan
sebuah kota tidak selalu diawali dari adanya desa karena mereka petani yang
mampu hidup dari lahan pertaniannya cenderung bertempat tinggal secara
terpencar dan mendekatkan diri dengan lahan pertaniannya.
Tetapi
kemudian pengelola teritori mempunyai kepentingan untuk mengendalikan kehidupan
sosial, ekonomi, dan politik masyarakatnya.
Sementara
kota tumbuh terjadi karena adanya kepentingan yang sama antara penduduk yang
datang dari berbagai tempat. Kepentingan tersebut adalah untuk menjual jasa dan
barang yarrg mereka miliki dan membeli jasa serta barang yang tidak dapat
mereka hasilkan.
Fungsi
saling membutuhkan dan saling tergantung inilah yang menjadi pemicu
pertumbuhan, perluasan, dan penguatan fungsi perkotaan.
Penduduk
di perkotaan dalam melakukan kegiatan untuk kelangsungan hidupnya cenderung
akan menumbuhkan kegiatan ekonomis.
Kegiatan
tersebut memiliki tempat-tempat, lokasi-lokasi yang cocok dengan spesifikasinya
dan strategis, sehingga dalam pengelornpokan dan penggabungannya sering disebut
dengan kawasan komersial.
Kawasan komersial di perkotaan merupakan kawasan
strategis, yang dicirikan dengan tingkat perubahan yang tinggi, tingkat
investasi yang tinggi, dan mampu menyangga kawasannya sendiri, namun terkadang
memiliki efek negatif yang tinggi pula.
Asas Kota Bagi Arsitek
Kota yang menjadi salah satu tempat
kehidupan manusia yang dapat dikatakan paling kompleks, karena perkembangannya
dipengaruhi oleh aktivitas pengguna perkotaan yang menyesuaikan dengan perkembangan
zaman dan tuntutan hidup.
Kota
menjadi suatu proses yang dapat dilihat hasilnya dan perkembangannya lebih
menonjol dibandingkan dengan kawasan luar kota, serta cenderung lebih
menekankan pada segi ekonomi, dianggap sebagai hasil rekayasa manusia untuk memenuhi
kehidupan ekonomi penggunanya.
Selain
itu, kota juga memengaruhi kehidupan di segala bidang, yang berdampak pada
timbulnya masalah-masalah yang semakin kompleks yang memerlukan pemecahan.
Hakikat
Kota
Beberapa
pandangan tentang hakikat kota menurut ahli di bidang perencanaan dan perancangan
perkotaan:
1. Pandangan menurut Dickinson Kota merupakan
suatu permukiman yang bangunan rumahnya rapat, dan penduduknya bernafkah bukan
dari pertanian.
2.
Pandangan menurut Mumford Kota merupakan
suatu peftemuan yang berorientasi keluar di mana kota merupakan daya tarik bagi
perrghuni luar kota untuk keperltingan perdagangalr dan kerohanian.
3. Sementara
menurut Christaller Kota ialah pusat pelayanan/penyediaan jasa-jasa/pemasaran
bagi daerah lingkungannya.
Menurut
proses yang sama, jika perkembangan wilayahnya meningkat, akan berkembang
menjadi hierarki jenjang yang ketiga, yaitu salah satu kampung akan tumbuh
rnenjadi kota yang dikelilingi oleh enarn dusun yang dilayaninya. Selanjutnya
pada hierarki jenjang keempat terdapat kota besar yang dikelilingi oleh enam
kota yang dilayaninya.
Pandangan
Menurut Marx Dan Engels
Marx dan Engels (1972) menganggap bahwa
yang penting adalah perbedaan antara dua bentuk pekerjaan, yaitu pekerjaan
rohani dan pekerjaan jasmani.
kondisi
di desa yang dikuasai oleh kaum feodal, kekayaan pedesaan diperas oleh kota.
Para budak yang melarikan diri dari pedesaan dan masuk kota (sebenarnya merekalah
yang membangun kota-kota itu) yang harus tunduk kepada organisasi kota. Menurut
Marx dan Engels mengungkapkan bahwa Negara yang ideal adalah kota/pedesaan =
tidak terasing
Pandangan
Menurut Max Weber
kota
sebagai suatu tempat yang mempunyai sifat kosmopolitan, yang terdapat berbagai
struktur sosial yang menimbulkan bermacam-macam gaya hidup. Di kota juga
terdapat dorongan untuk membentuk suatu kepribadian sosial dan mengadakan
perubahan, kota merupakan sarana untuk perubahan sosial. Menurut Max Weber
bahwa kota: pedesaan negara = kosmopolitan: homogen (Nas, 1984).
Pandangan
Menurut Simmel
Simmel
melihat kota dari sudut psikologi, kota membawa peningkatan rangsangan syaraf. Di
dalam kota metropolitan, orang mendapat bermacam-macam kesan yang tak terduga,
dan orang harus bereaksi dengan otaknya, bukan dengan hatinya seperti dalam
masyarakat pedesaan. Pasar, rasionalisme, ekonomi keuangan, sifat impersonal
serta penjadwalan waktu (menurut jam) merupakan dasar bagi rangsangan syaraf.
Pandangan
Menurut Spengler
Spengler
meletakkan hubungan antara pengertian kota, pedesaan dan kebudayaan alam, bahwa
kota merupakan suatu kesatuan yang mempunyai cara hidup yang khas, sedangkan
pedesaan dirasakan sebagai suatu yang melingkupinya, yang tidak begitu penting.
Desa
adalah salah satu kesatuan dengan alam dan pemandangan yang selaras, kota
berlawanan dengan alam dan akhirnya menjadi kota yang meliputi dunia ekumenopolis.
Di dalamnya didirikan alam tiruan. Inilah kota yang dibuat oleh arsitek kota:
artificial, utterly land-alien product of a pure intellectual satisfaction
Menurut Spengler bahwa pedesaan: kota/Negara = alam: kebudayaan (Nas, 1984).
Pertentangan
perkampungan-pedesaan berdasarkan dikotomi kerabat dihadapkan dengan bukan
kerabat, karena perkampungan terdiri atas kelompok keturunan (moiety). Kota:
pedesaan = kota: perkampungan: elite: lainnya.
Pandangan
Menurut Wirth
Kota
semakin berlambah besar, semakin padat dan dihuni oleh orang-orang heterogen,
berubah puIa sifat-sifat masyarakat.
Pandangan
Menurut Tonnies
Tonnies membedakan 2 (dua) tipe hubungan
masyarakat kota dan desa yaitu:
a. Gemeinschaft yaitu di desa -
bergotong-royollg darr di kota individualis
b.
Gesellschaft yaitu masyarakat kuno memiliki
sifat solidaritas mekanis, sedangkan masyarakat modern memiliki solidaritas
organis.
Bahwa
kota-kota di lndonesia mampu menjadi magnet untuk menarik jumlah pengunjung
yang lebih banyak karena terkenal dengan objek budaya dan nilai historis yang
tinggi, sehingga akan mampu berkernbang menjadi suatu kota yarrg tumbuh cepat,
dan membutuhkan fasiIitas-fasiIitas untuk pemenuhan kebutuhan pengunjung
tersebut.
Berkaitan
dengan hakikat kota ini, satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa semakin
besar suatu kota, maka akan makin kaburlah karakteristik utama yang ada
ditinjau dari segi fungsinya, karena karakteristik utarna yang timbul pada awal
mula suatu kota akan tergantikan dengan karakteristik yang lain yang lebih
modern.
Hakikat
suatu kota sendiri dapat mempunyai realisasi yang bermacam-macam, hal ini
sangat bergantung pada sudut para ahli seperti ahli geografi, geolog,
antropolog, politikus, sosiolog, ahli kesehatan, ahli hukum, ekonom, seniman
dan budayawan, teknik sipil, dan yang terakhir adalah arsitek yang berkecimpung
di bidang perencanaan kota.
Penelusuran dari berbagai pandangan
tersebut, antara lain:
a.
Ahli Geografi
Akan memandang kota dari segi permukaan
kota dan lingkungannya dengan mencari hubungan antara wajah kota, bentuk kota
dan fungsi kota itu.
b.
Ahli Geologi
Akan mernperhatikan kota dari segi
lahar dan tanah di bawah kota dan mengaitkannya dengan pembangunan.
c.
Ahli Antropologi
Bakal memandang kota dari nilai budaya
dan sejarah serta perkembangannya.
d.
Ahli Politikus
Akan menekankan pada cara mengurus
kota dan bagaimana kebijaksanaan policy) antara pemerintah, swasta dan
masyarakat serta.
e.
Ahli Sosiolog
Tugasnya berfokus pada klasifikasi
permukiman kota dari semua aspek sosialnya.
f.
Ahli Ilmu kesehatan
Akan memperhatikan keadaan lingkungan
kesehatan permukiman kota.
g.
Ahli Ilmu Hukum
Akan berfokus pada hubungan peraturan
dan keputusan dengan perencanaan kota serta pelaksanaannya.
h.
Ahli Ekonomi
Akan memperhatikan aspek perdagangan
kota yang berfokus pada hubungan kegiatan dan potensi kota yang sangat
menguntungkan secara finansial.
i.
Ahli Seni
Terutama budayawan akan mernandang
kota tersebut mempunyai kekerasan budaya, sehingga suatu kota dapat diungkapkan
dengan berbagai puisi yang indah.
j.
Ahli Teknik Sipil
Yang berfokus pada sistem prasarana
kota dan pembangunannya serta struktur anatomi kota dan perencanaannya, dan yang
terakhir.
k.
Arsitek
Memiliki
beberapa sudut pandang yang sama dengan insinyur, namun tetap akan lebih
menekankan aspek-aspek kota secara fisik dengan memperhatikan hubungan antara
ruang dan massa perkotaan serta bentuk dan polanya.
Mewujudkan
kota yang punya karakteristik, humanisme, dan spiritualitas tidak hanya
terbatas pada penataan ruang dan bangunan kota, karena kalau hanya itu yang menjadi
titik fokus yang utama maka karakteristik sebuah kota akan hilang, yang ada
hanya metropolis, aksesori, pragmatis atau sebuah kompleks kuburan yang diisi
dengan keheningan dan kebisuan.
Untuk
mewujudkan agar kota tumbuh dan berkembang menjadi pusat pendidikan, pusat
informasi, pusat pertumbuhan, pusat perubahan, pusat apresiasi dan pusat
pengembangan nilai-nilai moralitas, maka harus ada kualitas dasar manusia yang
harus menjadi penghuni sebuah kota. Kualitas dasar tersebut akan mampu
merumuskan denyut nadi sebuah kota menjadi pusat pertumbuhan peradaban manusia.
Kualitas dasar tersebut antara lain:
1.
Kota harus dihuni komunitas filosof, yang
akan merumuskan konsep ideologi, konsep ketatanegaraan dan ilmu-ilmu filsafat
lainnya.
2.
Seniman
Seorang seniman yang mempunyai
kreativitas dan karakteristik nilai keindahan yang akan membentuk watak dan
karakteristik masyarakat.
3.
Teknokrat
Mempengaruhi perkembangan sistem ekonomi,
politik, sekaligus melakukan percepatan pertumbuhan kehidupan ke arah yang
lebih baik dengan dasar ilmu pengetahuan dan teknologi.
4.
Pebisnis
Mempengaruhi proses urbanisasi dengan
cepat, karena kaum pebisnis cenderung mengembangkan sayap perdagangan dan jasa
mereka di kawasan perkotaan dengan membangun kantor pabrik, dan pusat-pusat
bisnis lainnya.
5.
Ulama
Mempunyai
kualitas spiritual untuk menyeimbangkan kemajuan peradaban manusia yang cepat,
dengan mengingatkan manusia tentang hubungan nranusia-Tuhan-alam.
Dalam
konteks ruang perkotaan, dapat diamati adanya struktur ruang perkotaan yang
dapat dibentuk oleh kerangka jaringan jalan, prasarana kota, sebaran kepadatan
penduduk, tata guna lahan (land use) dan order/tingkatan sistem layanan kota.
Berikut ini bentukan struktur ruang kota:
1.
Sebagai kerangka jaringan pembentuk utama
struktur ruang kota.
2. Sebagai pembentuk jaringan sirkulasi
transportasi, termasuk di dalamnya adalah:
a.
Manusia, barang, jasa dan informasi
(tennasuk energi).
b. Jalur dan simpul-simpul akumulasi, transit
dan distribusi, misalnya jaringan dan terminal darat, laut dan udara.
3.
Sebaran penduduk kota:
a.
pola sebaran, konsentrasi, dan kepadatan
penduduk,
b.
Kuantitas dan Kualitas,
c.
Settlement, cluster dan sebagai origin
pergerakan, penduduk.
4. Fungsi-fungsi: spesialisasi ternpat kegiatan
dalam ruang kota: membentuk zonasi dan intensitas kegiatan pelayanan kehidupan
dan penghidupan kota.
5. Batasan bentuk ruang kota dengan terwujudnya
area kehidupan/ruang terbangun kota(built up area) yang secara alami dapat memiliki
berbagai bentuk dan pola.
6. Order/tingkatan sistem layanan kota
berwujud suatu aturan hierarki dan terjabarkan ke dalarn bentuk-bentuk susunan
bertingkat-pelayanan unum kehidupan dan penghidupan kota sebagai satu kesatuan
sistem.
Dari
uraian di atas, dapat digambarkan bahwa di dalam suatu bentang wilayah dapat
ditemukan adanya komponen kota, dan kota-kota tersebut terhubung dalam satu
sistem, yaitu sebagai berikut:
1.
Kota sebagai pusat layanan kepada wilayah
sekitamya (hinterlancl).
2. Sistem Kota atau Sistem Perkotaan merupakan
jaringan produksi wilayah dengan bagian kawasan lainnya.
3. Kegiatan kehidupan kota sebagai salah satu unsur
penggerak keseluruhan struktur ruang sistemik terhadap kawasannya.
4.
Lingkup layanan perkotaan:
a. Ada kebutuhan pelayanan (wisma, suka,
karya, marga dan penyempurna) yang dilakukan sistem kota & perkotaan.
b. Ada besaran (kuantitas) dan kualitas, serta
lokalisasi sasaran pelayanan tersebut:
-
Volume & besaran populasi layanan
perkotaan yang akan berpengaruh pada tenlpat lokasinya.
- Cakupan kisaran area layanan yang akan
berpengaruh pada tingkat delirreasi area layanan perkotaan.
- Hubungan populasi penduduk dengan besaran
sarana prasarana pelayanan - berkernbang sesuai tuntutan.
5. Pemenuhan
kebutuhan sebagai solusi produksi layanan:
a.
Cara pengadaan atau produksi layanan.
b. Sebagai Penetapan atau pencarian lokasi
(area) bahan baku, lokasi pengolahan.
c.
Pemilihan jaringan aliran layanan.
d.
Pembentukan atau pemilihan area kawasan
layanan; serta
e. Salah satu cara solusi layanan perkotaan
(konsentrasi populasi, efisiensi dan sebaran cara layanan terkait situasi
kondisi wilayah layanan).
6. Rancangan sistem penyampaian atau
pelayanan/pemenuhan kebutuhan:
a. Rumusan cara sistem pemenuhan kebutuhan layanan
sosial, bisnis, transaksi pasar, dan public private.
b. Rumusan cara sistem penyampaian layanan
perkotaan sistem penyaluran; serta
c. Sebagai Kelompok populasi, transportasi,
simpul layanan, dan depo kontrol penyaluran.
Subscribe to:
Posts (Atom)