Friday, June 14, 2019

Skala Gambar Serta Simbol Dan Notasi Gambar Konstruksi

Dalam gambar teknik maupun gambar yang digunakan sebagaimana umumnya, penggunaan simbol yang dilengkapi dengan notasi dan skala, sangat umum digunakan untuk mewakili suatu keadaan, kondisi atau makna tertentu dari obyek/benda tertentu.

Tuesday, March 12, 2019

Pengertian Kota Untuk Arsitek


Postingan ini membahas tentang definisi kota dari berbagai sudut pandang ilmuwan dan pemaparan tugas-tugas para ilmuwan yang terlibat dalam perencanaan kota, perbedaan ilmu arsitektur, perencanaan kota (urban planning) dan perancangan kota (urban design) serta pemaparan kawasan kota yang tetap dikonservasikan sebagai penguat arsitektur kota.
Definisi Kota
Di dalam istilah “kota” secara arsitektural masih banyak aspek yang perlu diperhatikan, dan masing-masing aspek berbeda dari satu ternpat dengan tempat yang lainnya.
Pengertian dari kota adalah barisan pertemuan semua kepentingan manusia dalam sebuah kolase ruang besar, sehingga kota dapat dikatakan sebagai sebuah organisme, yang merupakan sebuah pusat industri, perdagangan, pendidikan, pemerintahan, atau mencakup semua kegiatan tersebut.
Sebuah kota cenderung menjadi besar bila dasar ekonomi-nya luas. Sementara kota kecil biasanya bergantung pada kota besar untuk mempertahankan kehidupan ekonominya.
Perlu diketahui bahwasanya pengertian kota sering dipahami dari berbagai sudut pandang yang sangat kornpleks, dengan berbagai pendekatan terutama pendekatan metafora, yang dapat membantu kita memahami konseptualisasi berbagai aspek kehidupan kota ditinjau dari aspek sejarahnya.
Seperti yang diungkapkan oleh Lewis Murnford (1895-1990), dalam buku terpentingnya yang berjudul The City in History, sedikitnya terdapat lima metafora yakni kota sebagai:
1.       Magnet (yang menarik orang dan sekaligus gagasannya)
2.      Kontainer (yang menjadi wadah)
3.      Necropolis (kota kematian, yang akan rnenjadi kuburan akhir yang menanti semua peradaban)
4.      Megamachine (yang menghancurkan unsur kemanusiaan)
5.      Pentagon (yang menjadi simbol militerisme, kekuatan, dan perusak karena obsesi modernitas dengan megastruktur dan kekuatan yang tidak seimbang antara potensi teknologi dengan kerusakan sosial)
Dari ungkapan tersebut Mumford dapat mempengaruhi kita untuk lebih mengerti, memahami dan memusatkan aspek kemanusiaan dalam pewujudan dan pembangunan kota
Berikut ini definisi daerah perkotaan:
1.       Penyatuan suku-suku adat maupun keturunan-keturunan dengan gaya hidup yang berbeda-beda yang berkumpul di suatu pusat yang digunakan sebagai tempat pertemuan bersama dengan perlindungan atau bentuk yang lainnya, atau perkumpulan lembaga politik atau kedaulatan yang dibentuk oleh masyarakat.
2.      Lokasi-lokasi di mana terdapat kemungkinan adanya suatu lingkungan kehidupan yang beraneka-ragam dan gaya-gaya hidup yang berbeda-beda.
3.      Perkumpulan orang-orang bisnis, tempat pertukaran informasi yang lebih cepat, tempat dengan sarana transportasi yang lebih mudah, memadai, dan lebih cepat.
Sedangkan pengertian kota berdasarkan disiplin ilmu, yaitu:
1.       Dalam pengertian geografis, kota adalah suatu tempat yang penduduknya rapat, rumah-rurnahnya berkelompok, dan mata pencaharian penduduknya bukan pertanian/perkebunan.
2.      Dalam pengertian hukum di Indonesia, macam-macam kota antara lain:
a.      Kota sebagai ibukota nasional Jakarta
b.      Ibukota propinsi
c.       Ibukota kabupaten dan kotarnadya
d.      Kota adrnirristratif (kotatif)
e.      Kota kecarnatan
Selain beberapa pengertian di atas, analisis terhadap kekuatan-kekuatan yang mengatur bentuk kota, apakah itu kekuatan ekonomi, sosial atau politik, adalah diperlukan untuk membuat batasan-batasan umum dari bentuk itu.
Hal tersebut perlu diketahui karena kota sebagai proses dipandang sebagai hasil dari penitik beratan pada bidang ekonomi, kota sebagai alat teknis merupakan hasil pertimbangan-pertimbangan perancangan.
Kota sebagai ekspresi perintah sebagai serangkaian usaha-usaha pada perpecahan sosial, kota sebagai suatu resolusi (pemecahan) problem-problem perencanaan yang berkenaan dengan perpecahan professional, dan kota sebagai pengalaman yang koheren, yang berkenaan dengan perpecahan formal.
Kota secara fisik terdiri atas tiga tingkatan, yaitu bangunan-bangunan dan kegiatannya yang berada di atas atau dekat dengan muka tanah, instalasi-instalasi di bawah tanah, dan kegiatan-kegiatan di dalam ruangan "kosong" di angkasa.
Tetapi pengertian yang umum menyebutkan, kota itu adalah tempat yang mempunyai prasarana kota, yaitu bangunan besar-besar, banyak bangunan perkantoran, jalan yang lebar-lebar, pasar yang luas-luas, beserta pertokoannya, jaringan listrik serta jaringan pipa air minum.
Menurut Doxiadis dalam Ekistic (1973)
kota yang lebih besar namanya adalah adikota (metropolis) yang penduduknya lebih dari dua juta orang, kota raksasa (megalopolis) berpenduduk seratus juta orang atau lebih, wilayah kota (urban region) berpenduduk kira-kira tujuh ratus juta jiwa dan merupakan kota di seluruh wilayah, benua kota (urbanized continenl) berpenduduk kira-kira lima miliar jiwa serta merupakan kota seluruh benua, dan mahakota (ekumenopolls) yang jumlah penduduk kira-kira tiga puluh miliar jiwa.
Ciri kehidupan kota, pada umumnya ditandai oleh adanya dominasi sektor sekunder (industri) dan tersier (asa perdagangan) yang berperan besar dalam kehidupan ekonomi.
Tidak hanya itu, dengan jumlah penduduk relatif meningkat tajam akibat dari urbanisasi, sehingga susunan sosial penduduknya sangat heterogen dibandingkan dengan pedesaan.
Banyaknya aktivitas kota menyebabkan dibutuhkannya bangunan yang cukup besar dan tinggi, serta meningkatnya transportasi yang cukup pesat. Fungsi kota secara internal (sekunder) yaitu:
1.       Sebagai kegiatan kehidupan dalam wadah kehidupan sosial-budaya penduduk setempat, seperti kawasan pemukiman dan sararranya
2.      Sebagai wadah kegiatan ekonomi lokal, mendukung rumah tangga penduduk, dalam hal:
a.      Kebutuhan produksi yaitu bentuk pusat kerja pemerintah dan swasta, produksi/industri,
b.      Kebutuhan kerjasama jasa, distribusi transaksi, dan simpul pertukaran informasi,
c.       Kebutuhan layanan transportasi lokal: simpul jaringan sirkulasi berupa terminal, stasiun, dan bandara maupun pelabuhan.
3.      Sebagai satuan fisik infrastruktur lokal
4.      Sebagai wadah politik dan administrasi pemerintahan.
Sedangkan fungsi kota secara eksternal (primer) adalah:
1.       Sebagai Pusat interaksi dan wadah  kegiatan sosial budaya bagi penduduk lebih luas
2.      Pusat dan wadah kegiatan ekonomi ekspor sehingga mempengaruhi manajemen transaksi industri antara lain produksi barang, produksi jasa, koleksi dan distribusi untuk wilayah luas;
3.      Kota berfungsi ebagai simpul komunikasi yang lebih lengkap dan cepat dengan jangkauan yang lebih wilayah luas
4.      Sebagai satuan fisik infrastruktural terkait dengan jaringan wilayah luas.
5.      Kota sebagai pusat politik dan administrasi pemerintahan untuk kepentingan tingkat wilayah lebih atas.
Kondisi kota yang sudah lama terjadi di Indonesia sangat kompleks yaitu pertumbuhan/perkernbangannya tidak merata, masih dipengaruhi oleh pasar, terjadi proses komersialisasi/privatisasi yang cenderung tidak terkontrol, kerusakan lingkungan semakin parah, inefisiensi sumber daya dan bahkan terjadi ketidak-adilan sosial.
Sehingga, kota-kota di Indonesia dapat dikarakteristikkan sebagai berikut:
1.       Tumbuh secara tidak terencana (organis)
2.      Cerrderung tidak terken dali (sprawt)
3.      Mengabaikan aspek tata guna lahan, sehingga guna lahannya tercampur (mixed-uses)
4.      Dualism ekonomi: formal- infonnal
5.      Budaya kota yang khas
6.      Aturan-aturan pemerirrtah kota daerah banyak yang tidak terlaksana.
Dari ciri-ciri tersebut, menimbulkan tantangan-tantangan baru perencanaan dalam mengatasi kerniskinan dan ketidak-adilan sosial, mengatasi globalisasi dan pasar bebas/kapitalisme/komersialisasi/privatisasi, demokratisasi dan desentralisasi, pluralisrne, serta mengatasi kerusakan lingkungan.
Pertumbuhan sebuah kota tidak selalu diawali dari adanya desa karena mereka petani yang mampu hidup dari lahan pertaniannya cenderung bertempat tinggal secara terpencar dan mendekatkan diri dengan lahan pertaniannya.
Tetapi kemudian pengelola teritori mempunyai kepentingan untuk mengendalikan kehidupan sosial, ekonomi, dan politik masyarakatnya.
Sementara kota tumbuh terjadi karena adanya kepentingan yang sama antara penduduk yang datang dari berbagai tempat. Kepentingan tersebut adalah untuk menjual jasa dan barang yarrg mereka miliki dan membeli jasa serta barang yang tidak dapat mereka hasilkan.
Fungsi saling membutuhkan dan saling tergantung inilah yang menjadi pemicu pertumbuhan, perluasan, dan penguatan fungsi perkotaan.
Penduduk di perkotaan dalam melakukan kegiatan untuk kelangsungan hidupnya cenderung akan menumbuhkan kegiatan ekonomis.
Kegiatan tersebut memiliki tempat-tempat, lokasi-lokasi yang cocok dengan spesifikasinya dan strategis, sehingga dalam pengelornpokan dan penggabungannya sering disebut dengan kawasan komersial.
Kawasan komersial di perkotaan merupakan kawasan strategis, yang dicirikan dengan tingkat perubahan yang tinggi, tingkat investasi yang tinggi, dan mampu menyangga kawasannya sendiri, namun terkadang memiliki efek negatif yang tinggi pula.

Asas Kota Bagi Arsitek


Kota yang menjadi salah satu tempat kehidupan manusia yang dapat dikatakan paling kompleks, karena perkembangannya dipengaruhi oleh aktivitas pengguna perkotaan yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan tuntutan hidup.

Kota menjadi suatu proses yang dapat dilihat hasilnya dan perkembangannya lebih menonjol dibandingkan dengan kawasan luar kota, serta cenderung lebih menekankan pada segi ekonomi, dianggap sebagai hasil rekayasa manusia untuk memenuhi kehidupan ekonomi penggunanya.
Selain itu, kota juga memengaruhi kehidupan di segala bidang, yang berdampak pada timbulnya masalah-masalah yang semakin kompleks yang memerlukan pemecahan.
Hakikat Kota

Beberapa pandangan tentang hakikat kota menurut ahli di bidang perencanaan dan perancangan perkotaan:
1.  Pandangan menurut Dickinson Kota merupakan suatu permukiman yang bangunan rumahnya rapat, dan penduduknya bernafkah bukan dari pertanian.
2.   Pandangan menurut Mumford Kota merupakan suatu peftemuan yang berorientasi keluar di mana kota merupakan daya tarik bagi perrghuni luar kota untuk keperltingan perdagangalr dan kerohanian.
3.   Sementara menurut Christaller Kota ialah pusat pelayanan/penyediaan jasa-jasa/pemasaran bagi daerah lingkungannya.
Menurut proses yang sama, jika perkembangan wilayahnya meningkat, akan berkembang menjadi hierarki jenjang yang ketiga, yaitu salah satu kampung akan tumbuh rnenjadi kota yang dikelilingi oleh enarn dusun yang dilayaninya. Selanjutnya pada hierarki jenjang keempat terdapat kota besar yang dikelilingi oleh enam kota yang dilayaninya.
Pandangan Menurut Marx Dan Engels
Marx dan Engels (1972) menganggap bahwa yang penting adalah perbedaan antara dua bentuk pekerjaan, yaitu pekerjaan rohani dan pekerjaan jasmani.
kondisi di desa yang dikuasai oleh kaum feodal, kekayaan pedesaan diperas oleh kota. Para budak yang melarikan diri dari pedesaan dan masuk kota (sebenarnya merekalah yang membangun kota-kota itu) yang harus tunduk kepada organisasi kota. Menurut Marx dan Engels mengungkapkan bahwa Negara yang ideal adalah kota/pedesaan = tidak terasing
Pandangan Menurut Max Weber
kota sebagai suatu tempat yang mempunyai sifat kosmopolitan, yang terdapat berbagai struktur sosial yang menimbulkan bermacam-macam gaya hidup. Di kota juga terdapat dorongan untuk membentuk suatu kepribadian sosial dan mengadakan perubahan, kota merupakan sarana untuk perubahan sosial. Menurut Max Weber bahwa kota: pedesaan negara = kosmopolitan: homogen (Nas, 1984).
Pandangan Menurut Simmel
Simmel melihat kota dari sudut psikologi, kota membawa peningkatan rangsangan syaraf. Di dalam kota metropolitan, orang mendapat bermacam-macam kesan yang tak terduga, dan orang harus bereaksi dengan otaknya, bukan dengan hatinya seperti dalam masyarakat pedesaan. Pasar, rasionalisme, ekonomi keuangan, sifat impersonal serta penjadwalan waktu (menurut jam) merupakan dasar bagi rangsangan syaraf.
Pandangan Menurut Spengler
Spengler meletakkan hubungan antara pengertian kota, pedesaan dan kebudayaan alam, bahwa kota merupakan suatu kesatuan yang mempunyai cara hidup yang khas, sedangkan pedesaan dirasakan sebagai suatu yang melingkupinya, yang tidak begitu penting.
Desa adalah salah satu kesatuan dengan alam dan pemandangan yang selaras, kota berlawanan dengan alam dan akhirnya menjadi kota yang meliputi dunia ekumenopolis. Di dalamnya didirikan alam tiruan. Inilah kota yang dibuat oleh arsitek kota: artificial, utterly land-alien product of a pure intellectual satisfaction Menurut Spengler bahwa pedesaan: kota/Negara = alam: kebudayaan (Nas, 1984).
Pertentangan perkampungan-pedesaan berdasarkan dikotomi kerabat dihadapkan dengan bukan kerabat, karena perkampungan terdiri atas kelompok keturunan (moiety). Kota: pedesaan = kota: perkampungan: elite: lainnya.
Pandangan Menurut Wirth
Kota semakin berlambah besar, semakin padat dan dihuni oleh orang-orang heterogen, berubah puIa sifat-sifat masyarakat.
Pandangan Menurut Tonnies
Tonnies membedakan 2 (dua) tipe hubungan masyarakat kota dan desa yaitu:
a.  Gemeinschaft yaitu di desa - bergotong-royollg darr di kota individualis
b.   Gesellschaft yaitu masyarakat kuno memiliki sifat solidaritas mekanis, sedangkan masyarakat modern memiliki solidaritas organis.
Bahwa kota-kota di lndonesia mampu menjadi magnet untuk menarik jumlah pengunjung yang lebih banyak karena terkenal dengan objek budaya dan nilai historis yang tinggi, sehingga akan mampu berkernbang menjadi suatu kota yarrg tumbuh cepat, dan membutuhkan fasiIitas-fasiIitas untuk pemenuhan kebutuhan pengunjung tersebut.
Berkaitan dengan hakikat kota ini, satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa semakin besar suatu kota, maka akan makin kaburlah karakteristik utama yang ada ditinjau dari segi fungsinya, karena karakteristik utarna yang timbul pada awal mula suatu kota akan tergantikan dengan karakteristik yang lain yang lebih modern.
Hakikat suatu kota sendiri dapat mempunyai realisasi yang bermacam-macam, hal ini sangat bergantung pada sudut para ahli seperti ahli geografi, geolog, antropolog, politikus, sosiolog, ahli kesehatan, ahli hukum, ekonom, seniman dan budayawan, teknik sipil, dan yang terakhir adalah arsitek yang berkecimpung di bidang perencanaan kota.
Penelusuran dari berbagai pandangan tersebut, antara lain:
a.   Ahli Geografi
Akan memandang kota dari segi permukaan kota dan lingkungannya dengan mencari hubungan antara wajah kota, bentuk kota dan fungsi kota itu.
b.   Ahli Geologi
Akan mernperhatikan kota dari segi lahar dan tanah di bawah kota dan mengaitkannya dengan pembangunan.
c.   Ahli Antropologi
Bakal memandang kota dari nilai budaya dan sejarah serta perkembangannya.
d.   Ahli Politikus
Akan menekankan pada cara mengurus kota dan bagaimana kebijaksanaan policy) antara pemerintah, swasta dan masyarakat serta.
e.   Ahli Sosiolog
Tugasnya berfokus pada klasifikasi permukiman kota dari semua aspek sosialnya.
f.    Ahli Ilmu kesehatan
Akan memperhatikan keadaan lingkungan kesehatan permukiman kota.
g.   Ahli Ilmu Hukum
Akan berfokus pada hubungan peraturan dan keputusan dengan perencanaan kota serta pelaksanaannya.
h.   Ahli Ekonomi
Akan memperhatikan aspek perdagangan kota yang berfokus pada hubungan kegiatan dan potensi kota yang sangat menguntungkan secara finansial.
i.     Ahli Seni
Terutama budayawan akan mernandang kota tersebut mempunyai kekerasan budaya, sehingga suatu kota dapat diungkapkan dengan berbagai puisi yang indah.
j.    Ahli Teknik Sipil
Yang berfokus pada sistem prasarana kota dan pembangunannya serta struktur anatomi kota dan perencanaannya, dan yang terakhir.
k.   Arsitek
Memiliki beberapa sudut pandang yang sama dengan insinyur, namun tetap akan lebih menekankan aspek-aspek kota secara fisik dengan memperhatikan hubungan antara ruang dan massa perkotaan serta bentuk dan polanya.
Mewujudkan kota yang punya karakteristik, humanisme, dan spiritualitas tidak hanya terbatas pada penataan ruang dan bangunan kota, karena kalau hanya itu yang menjadi titik fokus yang utama maka karakteristik sebuah kota akan hilang, yang ada hanya metropolis, aksesori, pragmatis atau sebuah kompleks kuburan yang diisi dengan keheningan dan kebisuan.
Untuk mewujudkan agar kota tumbuh dan berkembang menjadi pusat pendidikan, pusat informasi, pusat pertumbuhan, pusat perubahan, pusat apresiasi dan pusat pengembangan nilai-nilai moralitas, maka harus ada kualitas dasar manusia yang harus menjadi penghuni sebuah kota. Kualitas dasar tersebut akan mampu merumuskan denyut nadi sebuah kota menjadi pusat pertumbuhan peradaban manusia.
Kualitas dasar tersebut antara lain:
1.   Kota harus dihuni komunitas filosof, yang akan merumuskan konsep ideologi, konsep ketatanegaraan dan ilmu-ilmu filsafat lainnya.
2.   Seniman
Seorang seniman yang mempunyai kreativitas dan karakteristik nilai keindahan yang akan membentuk watak dan karakteristik masyarakat.
3.   Teknokrat
Mempengaruhi perkembangan sistem ekonomi, politik, sekaligus melakukan percepatan pertumbuhan kehidupan ke arah yang lebih baik dengan dasar ilmu pengetahuan dan teknologi.
4.   Pebisnis
Mempengaruhi proses urbanisasi dengan cepat, karena kaum pebisnis cenderung mengembangkan sayap perdagangan dan jasa mereka di kawasan perkotaan dengan membangun kantor pabrik, dan pusat-pusat bisnis lainnya.
5.   Ulama
Mempunyai kualitas spiritual untuk menyeimbangkan kemajuan peradaban manusia yang cepat, dengan mengingatkan manusia tentang hubungan nranusia-Tuhan-alam.
Dalam konteks ruang perkotaan, dapat diamati adanya struktur ruang perkotaan yang dapat dibentuk oleh kerangka jaringan jalan, prasarana kota, sebaran kepadatan penduduk, tata guna lahan (land use) dan order/tingkatan sistem layanan kota.
Berikut ini bentukan struktur ruang kota:
1.   Sebagai kerangka jaringan pembentuk utama struktur ruang kota.
2. Sebagai pembentuk jaringan sirkulasi transportasi, termasuk di dalamnya adalah:
a.   Manusia, barang, jasa dan informasi (tennasuk energi).
b. Jalur dan simpul-simpul akumulasi, transit dan distribusi, misalnya jaringan dan terminal darat, laut dan udara.
3.   Sebaran penduduk kota:
a.   pola sebaran, konsentrasi, dan kepadatan penduduk,
b.   Kuantitas dan Kualitas,
c.   Settlement, cluster dan sebagai origin pergerakan, penduduk.
4. Fungsi-fungsi: spesialisasi ternpat kegiatan dalam ruang kota: membentuk zonasi dan intensitas kegiatan pelayanan kehidupan dan penghidupan kota.
5.  Batasan bentuk ruang kota dengan terwujudnya area kehidupan/ruang terbangun kota(built up area) yang secara alami dapat memiliki berbagai bentuk dan pola.
6.  Order/tingkatan sistem layanan kota berwujud suatu aturan hierarki dan terjabarkan ke dalarn bentuk-bentuk susunan bertingkat-pelayanan unum kehidupan dan penghidupan kota sebagai satu kesatuan sistem.
Dari uraian di atas, dapat digambarkan bahwa di dalam suatu bentang wilayah dapat ditemukan adanya komponen kota, dan kota-kota tersebut terhubung dalam satu sistem, yaitu sebagai berikut:
1.   Kota sebagai pusat layanan kepada wilayah sekitamya (hinterlancl).
2. Sistem Kota atau Sistem Perkotaan merupakan jaringan produksi wilayah dengan bagian kawasan lainnya.
3. Kegiatan kehidupan kota sebagai salah satu unsur penggerak keseluruhan struktur ruang sistemik terhadap kawasannya.
4.   Lingkup layanan perkotaan:
a. Ada kebutuhan pelayanan (wisma, suka, karya, marga dan penyempurna) yang dilakukan sistem kota & perkotaan.
b. Ada besaran (kuantitas) dan kualitas, serta lokalisasi sasaran pelayanan tersebut:
-        Volume & besaran populasi layanan perkotaan yang akan berpengaruh pada tenlpat lokasinya.
-      Cakupan kisaran area layanan yang akan berpengaruh pada tingkat delirreasi area layanan perkotaan.
-   Hubungan populasi penduduk dengan besaran sarana prasarana pelayanan - berkernbang sesuai tuntutan.
5.   Pemenuhan kebutuhan sebagai solusi produksi layanan:
a.   Cara pengadaan atau produksi layanan.
b.  Sebagai Penetapan atau pencarian lokasi (area) bahan baku, lokasi pengolahan.
c.   Pemilihan jaringan aliran layanan.
d.   Pembentukan atau pemilihan area kawasan layanan; serta
e. Salah satu cara solusi layanan perkotaan (konsentrasi populasi, efisiensi dan sebaran cara layanan terkait situasi kondisi wilayah layanan).
6. Rancangan sistem penyampaian atau pelayanan/pemenuhan kebutuhan:
a.  Rumusan cara sistem pemenuhan kebutuhan layanan sosial, bisnis, transaksi pasar, dan public private.
b. Rumusan cara sistem penyampaian layanan perkotaan sistem penyaluran; serta
c.  Sebagai Kelompok populasi, transportasi, simpul layanan, dan depo kontrol penyaluran.