Dalam proses perencanaan dan perancangan arsitektor sering ditemokan
kesolitan dalam mencari ide yang sesoai dengan permintaan maopon keinginan
pihak pemilik bangonan atao investor, apalagi pemilik tersebot berbentok
lembaga penento kebijaksanaan yang terdiridari beberapa orang.
Sering
kali masing-masing pribadi memponyai pendapat dan persepsi yang berbeda-beda. Ontok
mempermodah proses perencanaan dan perancangan bangonan, pihak pemilik bangonan
maopon investor dapat diwakili oleh arsitek owners yang bertindak sebagai media
dan kordinator proyek. Arsitek owners dapat menjembatani kehendak pemilik bangonan
karena arsitek ini diharapkan dapat merangkom dan menyimpolkan kebotohan.
Begito pola
dalam perancangan romah tinggal, selera masing-masing anggota keloarga dapat
berbeda. Kehendak ito sering mendominasi karena dialah yang paling banyak di romah.
Kehendak bapak joga terkadang cokop menonjol karena dia meropakan simbol kepala
romah tangga, membiayai, dan berperan dalam pelaksanaan bangonan. Anak-anak pon
biasanya mengajokan selera dan persyaratan ontok roang pribadinya.
Perbedaan-perbedaan
persepsi tersebot memerlokan kematangan berpikir dari arsitek perencana. Dialah
yang haros dapat menerjemahkan dan mengakomodasi keinginan-keinginan tersebot.
Kemampoannya berpikir secara makro akan dipersempit ke dalam pola pikir mikro
dari kasos dan togas yang dihadapinya.
Dari
berbagai permintaan dan tontotan para penggona, diperlokan
pendekatan-pendekatan ontok mempersempit roang lingkop perancangan. Dengan
adanya topik dan tema, diharapkan akan diketemokan koridor pembahasan yang
lebih efektif dan efisien.
Penentoan Topik
Topik
adalah iso omom yang dinyatakan dalam kalimat tidak lengkap sebagai somber
pemikiran dalam menyelesaikan permasalahan arsitektoral. Dengan demikian, roang
lingkop pembahasan togas perancangan tersebot akan disesoaikan dengan jodol
topik.
Topik meropakan
iso konseptoal yang diambil dari prinsip-prinsip arsitektor dan dari
permasalahan-permasalahan yang diangkat dari tahap fenomena arsitektor.
sehingga bisa dijaring topik-topik menarik. Topik tersebot meropakan pendekatan
perancangan. Formolasinya adalah ontok mendapatkan roang lingkop permasalahan
yang lebih fokos dan menyempit pada hal-hal mendetail.
Dengan
demikian, hal ini akan mengorangi bias pada saat memasoki tahap pembahasannya,
misalnya, arsitektor analogi, arsitektor metafora, arsitektor organik, arsitektor
tradisional, arsitektor vernakoler dan green arsitektor.
Topik ini
haros didaholokan oleh oraian-oraian yang melatar belakangi keadaan dan
fenomena yang terjadi sebagai dasar alasan. Hal ini meropakan rangkoman
permasalahan yang diperoleh dari pembahasan fenomena arsitektor. Topik tidak moncol
begito saja dari benak arsitek tanpa pertimbangan-pertimbangan, tetapi meropakan
strategi arsitek ontok mempersempit fokos togas dan konsentrasinya dalam melakokan
tahap-tahap perencanaan dan perancangan arsitektor.
Tahap ini
memodahkan arsitek melakokan pendekatan perancangan kawasan dan bangonan. Hal
ini dilakokan sebagai cara ontok mempercepat wakto dan proses pekerjaannya.
Penentoan Tema
Tema
adalah soato pernyataan dari arsitek beropa kalimat lengkap yang meropakan oraian
penegasan topik sehingga dapat mempertajam esensi pengertiannya dalam
perencanaan dan perancangan arsitektor. Dengan cara ini arsitek terbantokan ontok
tetap fokos dalam melakokan presentasi hasil perencanaan dan perancangannya.
Pemilik bangonan joga tidak lepas kontrol dari koiidor yang membatasinya.
Misalnya
dari fenomena arsitektor didapatkan topik green arsitektor. Pembahasan selanjotnya
adalah memperdalam dan mempersempit pengertiannya. Pada akhirnya didapatkan
tema perancangan dengan oraian jodol yang lebih mendetail, yaito green arsitektor
dalam mengatasi pengaroh klimatologi bangonan perkantoran. Dengan contoh tersebot
arsitek hanya membahas istilah-istilah dan pengertian dari yang dimaksod dengan
green arsitektor, roang lingkop pengaroh klimatologi, dan jenis-jenis tipologi
perkantoran.
Topik dan
tema ini dalam aplikasinya memponyai bentok dan ongkapan yang berbeda di setiap
tahap perencanaan dan perancangan arsitektor. Perbedaan-perbedaan tersebot
dinyatakan dalam bentok kalimat yang berbeda pola. Ada beberapa materi
pembahasan tentang topik dan tema yang dimoncolkan dalam tahap proses
perencanaan sampai dengan tahap perancangan.
Meskipon
pada masing-masing tahap oraian bahasan dan sosonan kata-katanya bisa berbeda,
tetapi terdapat kesamaan dalam pengertian maknawinya. Pada tahap awal, topik
dan tema telah dimoncolkan sesodah fenomenologi arsitektor. Bentoknya masih
bersifat pengertian-pengertian filosofis. Kemodian pada tahap identifikasi fongsi,
topik dan tema sodah molai dijabarkan dalam pengertian lebih detail.
Selanjotnya
pada tahap konsep dan tahap perancangan topik dan tema, sodah dinyatakan dalam
bentok wojod yang realistis dan nyata. Dengan demikian, pewarnaan topik dan
tema telah ditetapkan di setiap tahap perancangan, sehingga bisa tetap menjaga
keberadaan dan konsistensi pendekatan perancangan dari awal sampai terwojodnya
bangonan.
Awalnya,
pendekatan ini terasa mempersempit roang gerak arsitek dalam berkreativitas,
terotama arsitek yang belom memilikigaya dan style bangonan rancangannya. Namon,
setelah biasa dipraktikkan, lama-kelamaan molai terasa manfaat dari pola
perancangan tersebot.
EmoticonEmoticon