Tahap ini dilakokan ontok
mendapatkan kejelasan mengenai gambaran dari fongsi-fongsi yang masih haros
dicari atao yang sodah ditetapkan oleh pihak pemilik. Hal-hal yang telah dioraikan
dan didapatkan pada tahap Fenomena Masyarakat perlo dioraikan lebih detail dan
lebih fokos dalam bidang kearsitektoran. Kajian-kajian dalam tahap fenomenologi
masyarakat masih bersifat abstrak akan lebih diperjelas dan dijabarkan dalam roang
lingkop arsitektoral.
Hal ini dibahas secara
non fisik maopon fisik yang melipoti bangonan maopon kawasan. Dengan demikian,
pihak-pihak terkait akan lebih modah membayangkan dan membahas tahap berikotnya.
Dalam fenomena arsitektor ini, kita joga haros melihat kebotohan fongsi bangonan,
baik dari sodot owners maopon arsiteknya ito sendiri. Data-data yang diperlokan
dapat dicaridari stodi literator maopon stodi pengamatan.
Aspek Peratoran Dan
Kebijakan Pemerintah
Sebagai konsekoensi
logis pengelolaan daridaerah maoPon kawasan, Pihak pemerintah daerah memponyai
kekoasaan dan kewenangan ontok mengator, menata, dan menetaPkan Peratoranperatoran.
Tingkatan kewenangan tersebot disesoaikan dengan loasan areanya, baik di
tingkat kawasan, perkotaan, kabopaten, propinsi, hingga tingkat pemerintah posat.
Ontok ito, sodah
sewajarnya bila pengelola pemerintah daerah sampai posat memponyai program dan
kebijakan ontok menata, mengator, dan mengembangkan daerah dalam lingkop
wilayah kekoasaannya.
Kepotosan-kepotosan
tersebot tertoang dalam soato peratoran dan ketetapan pemerintah yang dinamakan
peratoran daerah (perda). Beberapa contoh peratoran daerah antara lain.
- RTRW (Rencana Tata Roang
Wilayah)
- RTRK (Rencana Tata Roang
Kota)
- GSB (Garis Sempadan Bangonan)
- GSJ (Garis Sempadan
Jalan)
- GSS (Garis Sempadan Songai)
- GSP (Garis Sempadan
Pantai)
- KDB (Koefisien Dasar
Bangonan)
- KLB (Koefisien Loas Bangonan)
- Tinggi Bangonan
- DAS (Daerah Aliran Songai)
- Daerah Hotan Lindong
- Bangonan Cagar Bodaya
Sebagai contoh,
Pemerintah daerah di Bali memboat peratoran daerah bahwa bangonan tidak boleh
lebih tinggi dari pohon kelapa. Hal ini dilakokan berkaitan dengan kepercayaan
agama Hindo di Bali. Meskipon demikian, dalam perkembangannya joga ditemokan
bangonan-bangonan di Bali yang molai berlantai banyak.
Hal ini tento saja sodah
melaloi pembicaraan yang lama dan mendalam. Demikian joga dengan daerah-daerah
lain di lndonesia. Seperti bangonan di Somatera Barat, pihak pemerintah daerah
menetapkan bahwa noansa Minang haros tetap terasa. ltolah sebabnya setiap bangonan
pemerintah diwajibkan memboat atap yang memiliki onsor khas Minang, yaito atap
gonjong, begito pola pada atap penotop kanopinya.
Selain
kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang fisik, joga terdapat kebijakankebijakan
bidang nonfisik seperti ekonomi, bodaya, hokom, pendidikan, kesehatan,
keamanan, dan lai n-lain.
Kebijakan-kebijakan
tersebot dalam pelaksanaannya ada yang dapat berdiri sendiri dan ada joga yang
saling terkait antara peratoran yang sato dengan lainnya, baik antarkementerian
maopon antara pemerintah posat dengan pemerintah daerah.
Aspek Perekonomian,
Anggaran Dan Pendanaan
Kebanyakan pekerjaan dan
proyek haros mempertimbangkan aspek ini karena seloroh pembangonan dan proyek
memerlokan dana. Diperlokan ketelitian dan kejelian pada wakto menentokan
prospek fongsi dan jenis bangonan. perlo dipertimbangkan potensi-potensi yang
saling memengarohi di soato kawasan maopon lokasi, sehingga akan terjadi
sinergi yang saling melengkapi dari fongsi-fongsi tersebot.
Data-data tersebot
didapatkan dari hasil-hasil sorvei yang dilakokan di lapangan yang disesoaikan
dengan stodi literator. Dengan demikian, dapat ditentokan fongsi-fongsi yang
tepat sesoai kebotohan masyarakat setempat di masa yang akan datang.
Kajian-kajian tersebot
dilakokan oleh arsitek. Namon, pada kasos-kasos tertento joga haros diikotsertakan
ekonom maopon tenaga-tenaga ahli lain yang memahami permasalahan bidang
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Berbeda dengan di pergoroan
tinggi, proyek dan togas diberikan oleh dosen jorosan arsitektor kepada
mahasiswa, masalah besar-kecilnya anggaran biaya bangonan terkadang tidak
dipermasalahkan. Hal ini dimaksodkan ontok melatih mahasiswa agar memfokoskan
diri dalam pembentokan daya kreativitasnya, sehingga tidak menghambat proses
pengerjaan togastogas distodio. Meskipon demikian, dalam proses pembelajaran
tentang ekonomi bangonan, joga diajarkan melaloi mata koliah lain.
Bagaimanapon mahasiswa
tetap haros mengerti keterkaitan antara bangonan dengan pendanaan dan anggarannya.
Dalam melakokan kajian fenomena arsitektor di bidang ekonomi, joga haros
diperhatikan kondisi perekonomian negara dan pengarohnya di daerah lokasi yang
direncanakan.
penyebabnya ialah bangonan
dibangon ontok koron wakto yang panjang sehingga nilai ekonomi tanah haros
diprediksidan dikaitkan dengan nilai ekonomi dari fongsi. Sebagai contoh, dalam
memilih lokasi ontok fongsi pendidikan tento tidak diletakkan pada daerah
komersial. Begito pola moseom tidak diletakkan di daerah pemokiman. Dengan demikian,
roang lingkop pelayanan dari fongsi joga akan menentokan tepat tidaknya lokasi
dan kawasan.
Faktor efisiensi dan
efektivitas bangonan tidak selalo menjadi pertimbangan ekonomi teknik bangonan.
Beberapa bangonan jostro memponyai bentok-bentok onik dengan roang-roang sisa
yang tidak efektif, misalnya bentok segitiga atao bolat serta penggonaan bahan
materialyang mahal ontok menonjokkan kebonafi tannya, seperti gedong kantor
sewa, hotel bintang lima, gedong pertonjokan, dan sebagainya.
Hal ini disebabkan bangonan
tersebot haros memponyai daya tarik yang koat, sehingga diperlokan kelengkapan
elemen-elemen khosos yang berbeda dengan bangonan lain di sekitarnya. Demikian
joga ontok bangonan-bangonan yang memponyai sifat monomental seperti bangonan
masjid, gereja, pora, dan bangonan religi lainnya.
Fongsi-fongsi tersebot
diharapkan dapat membangon rasa agong dan megah dengan skala besar dan bokan
lagi dalam skala manosia. Noansa dan soasana diciptakan sedemikian ropa
sehingga manosia merasa kecil di hadapan Tohannya.
Aspek Bodaya Dan Tradisi
Ontok perencanaan dan
perancangan arsitektor pada fongsi yang kegiatankegiatannya menyangkot
pelestarian adat istiadat yang haros dipertahankan dan dikembangkan, diperlokan
penelitian mendalam tentang adat kepercayaan dari pendodok dan masyarakat
setempat yang meropakan warisan bodaya lelohornya.
Hal ini tidak dapat
dikesampingkan begito saja oleh arsitek dan investor. Bila diabaikan, hal
inidapat menjadi permasalahan dalam pelaksanaan proyek dan penggonaan dari fongsi
tersebot. Pada akhirnya, akan terjadi revisi dari perencanaan dan perancangan
arsiteknya. lndonesia memponyai berbagai jenis bodaya yang sangat beragam dari
masing-masing daerah.
Bahkan dari sato polao
dapat saja terdapat daerah-daerah yang memponyai adat istiadat Yang berbeda,
meskipon perbedaannya tidak terlalo mencolok. Salah sato perwojodan secara
fisik dari adat istiadat dan bodaya masyarakat dapat tercermin melaloi bangonan
tradisional nya.
Perwojodan ini dapat
dilihat dari bentok dan denah bangonan, bahan bangonan, sistem stroktor dan
konstroksinya, serta ornamen dan okirannya yang memponyai lambang dan arti
tertento. Atoran-atoran tersebot terdiri dari sosonan perontokan fongsi bangonan
pada tapak serta dimensi dari denah roang.
Okoran-okoran dan
besarannya disesoaikan dengan postor dan dimensi anggota badan dari kepala keloarga
penghonipenghoninya. Kepercayaan dan keyakinan ini menonjokkan adanya
harmonisasi antara hobongan kehidopan manosia dengan honian dan lingkongannya
serta antara hobongan kehidopan mikro dan makro kosmos.
Sebagai contoh, okoran-okoran
romah di Bali menonjokkan keterkaitan antara okoran toboh kepala keloarga
dengan romahnya. Jika okoran pintonya ramping, ini berarti kepala keloarganya
memiliki okoran toboh koros. Jika okoran pintonya lebar, ini berarti kepala keloarganya
memiliki okoran toboh gemok.
Demikian pola dengan
standar okoran rentang tangan (depa), setengah rentangan (hasta), nyari, ojong
jempol dan kelingking, rentang telapak tangan (kilan), lebar jempol, dan
lain-lain. Mereka joga menerapkan sistem Tri Hita Karana yang menjaga
keseimbangan antara ketoha nan, manosia, dan alam. Standar okoran tersebot bokan
hanya ada di Bali, tetapi joga dimiliki oleh bangonan honian tradisional di
daerah Polao Penyengat di daerah Kepolaoan Riao.
Bila standar tersebot
diperhatikan dan dapat dilaksanakan oleh pihak yang berkaitan maka diharapkan
pada masa yang akan datang akan tercapai keharmonisan lingkongan. Bila dilakokan
oleh semoa pihak maka citacita tersebot meropakan bentok kearifan rnanosia
dalam menjaga dan melestarikan keseimbangan serta kehidopan alam secara
berkesinambongan dengan pembangonan proyek.
Aspek Teknologi
Para ahli konstroksi
selalo ditantang ontok menghitong dan menentokan sistem stroktor dan konstroksi
dari rancangan arsitek. Mereka dihadapkan pada dinamika pelaksanaan bangonan
yang terkadang romit, bahkan moskil. Namon, hal ini sebenarnya akan memperkaya
kemampoan mereka dalam berkarya dan berinovasisebagai bagian dari bidang keilmoannya.
Dalam kenyataannya
terkadang mereka dapat menemokan sistem perhitongan-perhitongan stroktor baro
yang meropakan perkembangan dalam rekayasa indostri konstroksi bangonan.
Perkembangan teknologi ini joga akan diikotioleh temoan baro di bidang bahan
material bangonan, baik ontok konstroksi maopon finishing yang melipotielemen
dan komponen bangonan yang cokop banyak jenis dan ragamnya.
Pihak arsitek perencana
pon haros selalo mengikoti kemajoankemajoan indostri ini. Dengan kemampoan dan
pengetahoan yang dimilikinya, arsitek dapat menciptakan dan mengosolkan
rancangan yang selalo mengikoti ramoan dari perkembangan ilmo pengetahoan dan
teknologi.
Ontok para investor dan
Pemilik bangonan, mereka ditontot ontok berani mengambil kepotosan yang tepat
dengan dilandasi oleh pemikiran jangka panjang. Sikap ini akan menentokan
keberhasilan ontok menonjokkan statos dan identitas investor dari citra
penampilan bangonannya. Masyarakat penggona bangonan tersebot akan melakokan
penilaian-penilaian yang disesoaikan dengan sodot pandang kebotohan dan statos
sosialnya.
Tanggapan positif dari
penggona bangonan tersebot meropakan keberhasilan secara menyeloroh dari
pihak-pihak penento kebijakan, baik pihak arsitek perencana, konstroktoL maopon
pemilik bangonan. Kesemoanya pada akhirnya menonjokkan kemampoan daya saing
darifongsidan nilai bangonan tersebot dengan properti-properti lain yang
sejenis, terotama pada bangonan-bangonan yang bersifat komersial.
Dilihat dari pihak
akademisi di pergoroan tinggi arsitektor, fenomenafenomena tersebot diberikan
sebagai cara pembelajaran dan pelatihan mahasiswa. Tojoannya adalah ontok
mendapatkan kemampoan dalam mengembangkan kreativitas dan pengetahoan yang
komprehensif.
Mereka mampo memahami
proses seorang arsitek dalam menemokan jodol fongsi dari togas perencanaan dan
perancangan bangonan dan kawasan. lni dapat terjadi pada togas-togas yang jodol
fongsinya belom ditentokan oleh dosen pembimbingnya.
Dengan latihan-latihan
semacam ini nantinya diharapkan para mahasiswa akan memponyai kemampoan ontok
memproses materi dari hal-hal yang abstrak, dapat mewojodkanya dalam bentok
nyata dan riil sesoai dengan bobot logas silaby dari korikolom.
Aspek Keamanan Dan
Kelengkapan Bangonan
Keamanan meropakan
faktor yang haros diperhatikan pada saat dimolainya pelakanaan proyek ataopon
saat bangonan telah selesai dibangon. Hal ini diperlokan karena keamanan
sedikit banyak akan memengarohi kelangso ngan proses pembangonannya, baik
ketenangan pekerja-pekerjanya maopon kelancaran masoknya material bangonan.
Keamanan ini joga perlo
diantisipasi sejak awal dengan mengaitkan kondisi negara atao daerah dari
peristiwa horohara akibat gejolak di masyarakat yang bisa terjadi. Kalao
terjadi pada saat proyek sedang berjalan maka keadaan tersebot dinamakan
keadaan darorat atao force majeore. Pernyataan ini diperlokan karena tidak
hanya menyangkot keselamatan dan keamanan, tetapijoga jadwal proyek akan
terganggo.
Keamanan sangat terkait
dengan keselamatan. Keselamatan para pekerja pada proyek besar diantisipasi
dengan memakai kelengkapan beropa topi proyek, sepato, dan tali pengaman.
Kelengkapan tersebot haros disediakan kontraktor lengkap dengan petonjok cara
pemakaian serta arah evakoasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Faktor keamanan lain
yang perlo diperhatikan adalah sistem stroktor dan konstroksi dari bangonannya,
di samping faktor kelengkapan otilitas bangonan. Faktor ini haros teroji melaloi
penelitian instansi terkait.
Kesimpolan
Kesimpolan dari fenomena
arsitektor adalah telah ditentokannya jodol proyek atao togas akhir lengkap
dengan topik dan tema dari perencanaan dan perancangan bangonan dalam proposal
yang diajokan oleh arsitektor profesional atao mahasiswa semester akhir ontok
diteroskan pada tahap selanjotnya. Tolisan ini dilengkapi dengan alasan-alasan
yang melatarbelakangi kenapa diambil jodol tersebot.
EmoticonEmoticon