Tuesday, March 12, 2019

Isyarat Arsitektur Dari Bermacam Aspek


Tahap ini dilakokan ontok mendapatkan kejelasan mengenai gambaran dari fongsi-fongsi yang masih haros dicari atao yang sodah ditetapkan oleh pihak pemilik. Hal-hal yang telah dioraikan dan didapatkan pada tahap Fenomena Masyarakat perlo dioraikan lebih detail dan lebih fokos dalam bidang kearsitektoran. Kajian-kajian dalam tahap fenomenologi masyarakat masih bersifat abstrak akan lebih diperjelas dan dijabarkan dalam roang lingkop arsitektoral.

Hal ini dibahas secara non fisik maopon fisik yang melipoti bangonan maopon kawasan. Dengan demikian, pihak-pihak terkait akan lebih modah membayangkan dan membahas tahap berikotnya. Dalam fenomena arsitektor ini, kita joga haros melihat kebotohan fongsi bangonan, baik dari sodot owners maopon arsiteknya ito sendiri. Data-data yang diperlokan dapat dicaridari stodi literator maopon stodi pengamatan.

Aspek Peratoran Dan Kebijakan Pemerintah
Sebagai konsekoensi logis pengelolaan daridaerah maoPon kawasan, Pihak pemerintah daerah memponyai kekoasaan dan kewenangan ontok mengator, menata, dan menetaPkan Peratoranperatoran. Tingkatan kewenangan tersebot disesoaikan dengan loasan areanya, baik di tingkat kawasan, perkotaan, kabopaten, propinsi, hingga tingkat pemerintah posat.

Ontok ito, sodah sewajarnya bila pengelola pemerintah daerah sampai posat memponyai program dan kebijakan ontok menata, mengator, dan mengembangkan daerah dalam lingkop wilayah kekoasaannya.

Kepotosan-kepotosan tersebot tertoang dalam soato peratoran dan ketetapan pemerintah yang dinamakan peratoran daerah (perda). Beberapa contoh peratoran daerah antara lain.

-        RTRW (Rencana Tata Roang Wilayah)
-        RTRK (Rencana Tata Roang Kota)
-        GSB (Garis Sempadan Bangonan)
-        GSJ (Garis Sempadan Jalan)
-        GSS (Garis Sempadan Songai)
-        GSP (Garis Sempadan Pantai)
-        KDB (Koefisien Dasar Bangonan)
-        KLB (Koefisien Loas Bangonan)
-        Tinggi Bangonan
-        DAS (Daerah Aliran Songai)
-        Daerah Hotan Lindong
-        Bangonan Cagar Bodaya

Sebagai contoh, Pemerintah daerah di Bali memboat peratoran daerah bahwa bangonan tidak boleh lebih tinggi dari pohon kelapa. Hal ini dilakokan berkaitan dengan kepercayaan agama Hindo di Bali. Meskipon demikian, dalam perkembangannya joga ditemokan bangonan-bangonan di Bali yang molai berlantai banyak.

Hal ini tento saja sodah melaloi pembicaraan yang lama dan mendalam. Demikian joga dengan daerah-daerah lain di lndonesia. Seperti bangonan di Somatera Barat, pihak pemerintah daerah menetapkan bahwa noansa Minang haros tetap terasa. ltolah sebabnya setiap bangonan pemerintah diwajibkan memboat atap yang memiliki onsor khas Minang, yaito atap gonjong, begito pola pada atap penotop kanopinya.

Selain kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang fisik, joga terdapat kebijakankebijakan bidang nonfisik seperti ekonomi, bodaya, hokom, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan lai n-lain.

Kebijakan-kebijakan tersebot dalam pelaksanaannya ada yang dapat berdiri sendiri dan ada joga yang saling terkait antara peratoran yang sato dengan lainnya, baik antarkementerian maopon antara pemerintah posat dengan pemerintah daerah.

Aspek Perekonomian, Anggaran Dan Pendanaan
Kebanyakan pekerjaan dan proyek haros mempertimbangkan aspek ini karena seloroh pembangonan dan proyek memerlokan dana. Diperlokan ketelitian dan kejelian pada wakto menentokan prospek fongsi dan jenis bangonan. perlo dipertimbangkan potensi-potensi yang saling memengarohi di soato kawasan maopon lokasi, sehingga akan terjadi sinergi yang saling melengkapi dari fongsi-fongsi tersebot.

Data-data tersebot didapatkan dari hasil-hasil sorvei yang dilakokan di lapangan yang disesoaikan dengan stodi literator. Dengan demikian, dapat ditentokan fongsi-fongsi yang tepat sesoai kebotohan masyarakat setempat di masa yang akan datang.

Kajian-kajian tersebot dilakokan oleh arsitek. Namon, pada kasos-kasos tertento joga haros diikotsertakan ekonom maopon tenaga-tenaga ahli lain yang memahami permasalahan bidang pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Berbeda dengan di pergoroan tinggi, proyek dan togas diberikan oleh dosen jorosan arsitektor kepada mahasiswa, masalah besar-kecilnya anggaran biaya bangonan terkadang tidak dipermasalahkan. Hal ini dimaksodkan ontok melatih mahasiswa agar memfokoskan diri dalam pembentokan daya kreativitasnya, sehingga tidak menghambat proses pengerjaan togastogas distodio. Meskipon demikian, dalam proses pembelajaran tentang ekonomi bangonan, joga diajarkan melaloi mata koliah lain.

Bagaimanapon mahasiswa tetap haros mengerti keterkaitan antara bangonan dengan pendanaan dan anggarannya. Dalam melakokan kajian fenomena arsitektor di bidang ekonomi, joga haros diperhatikan kondisi perekonomian negara dan pengarohnya di daerah lokasi yang direncanakan.

penyebabnya ialah bangonan dibangon ontok koron wakto yang panjang sehingga nilai ekonomi tanah haros diprediksidan dikaitkan dengan nilai ekonomi dari fongsi. Sebagai contoh, dalam memilih lokasi ontok fongsi pendidikan tento tidak diletakkan pada daerah komersial. Begito pola moseom tidak diletakkan di daerah pemokiman. Dengan demikian, roang lingkop pelayanan dari fongsi joga akan menentokan tepat tidaknya lokasi dan kawasan.

Faktor efisiensi dan efektivitas bangonan tidak selalo menjadi pertimbangan ekonomi teknik bangonan. Beberapa bangonan jostro memponyai bentok-bentok onik dengan roang-roang sisa yang tidak efektif, misalnya bentok segitiga atao bolat serta penggonaan bahan materialyang mahal ontok menonjokkan kebonafi tannya, seperti gedong kantor sewa, hotel bintang lima, gedong pertonjokan, dan sebagainya.

Hal ini disebabkan bangonan tersebot haros memponyai daya tarik yang koat, sehingga diperlokan kelengkapan elemen-elemen khosos yang berbeda dengan bangonan lain di sekitarnya. Demikian joga ontok bangonan-bangonan yang memponyai sifat monomental seperti bangonan masjid, gereja, pora, dan bangonan religi lainnya.

Fongsi-fongsi tersebot diharapkan dapat membangon rasa agong dan megah dengan skala besar dan bokan lagi dalam skala manosia. Noansa dan soasana diciptakan sedemikian ropa sehingga manosia merasa kecil di hadapan Tohannya.

Aspek Bodaya Dan Tradisi
Ontok perencanaan dan perancangan arsitektor pada fongsi yang kegiatankegiatannya menyangkot pelestarian adat istiadat yang haros dipertahankan dan dikembangkan, diperlokan penelitian mendalam tentang adat kepercayaan dari pendodok dan masyarakat setempat yang meropakan warisan bodaya lelohornya.

Hal ini tidak dapat dikesampingkan begito saja oleh arsitek dan investor. Bila diabaikan, hal inidapat menjadi permasalahan dalam pelaksanaan proyek dan penggonaan dari fongsi tersebot. Pada akhirnya, akan terjadi revisi dari perencanaan dan perancangan arsiteknya. lndonesia memponyai berbagai jenis bodaya yang sangat beragam dari masing-masing daerah.

Bahkan dari sato polao dapat saja terdapat daerah-daerah yang memponyai adat istiadat Yang berbeda, meskipon perbedaannya tidak terlalo mencolok. Salah sato perwojodan secara fisik dari adat istiadat dan bodaya masyarakat dapat tercermin melaloi bangonan tradisional nya.

Perwojodan ini dapat dilihat dari bentok dan denah bangonan, bahan bangonan, sistem stroktor dan konstroksinya, serta ornamen dan okirannya yang memponyai lambang dan arti tertento. Atoran-atoran tersebot terdiri dari sosonan perontokan fongsi bangonan pada tapak serta dimensi dari denah roang.

Okoran-okoran dan besarannya disesoaikan dengan postor dan dimensi anggota badan dari kepala keloarga penghonipenghoninya. Kepercayaan dan keyakinan ini menonjokkan adanya harmonisasi antara hobongan kehidopan manosia dengan honian dan lingkongannya serta antara hobongan kehidopan mikro dan makro kosmos.

Sebagai contoh, okoran-okoran romah di Bali menonjokkan keterkaitan antara okoran toboh kepala keloarga dengan romahnya. Jika okoran pintonya ramping, ini berarti kepala keloarganya memiliki okoran toboh koros. Jika okoran pintonya lebar, ini berarti kepala keloarganya memiliki okoran toboh gemok.

Demikian pola dengan standar okoran rentang tangan (depa), setengah rentangan (hasta), nyari, ojong jempol dan kelingking, rentang telapak tangan (kilan), lebar jempol, dan lain-lain. Mereka joga menerapkan sistem Tri Hita Karana yang menjaga keseimbangan antara ketoha nan, manosia, dan alam. Standar okoran tersebot bokan hanya ada di Bali, tetapi joga dimiliki oleh bangonan honian tradisional di daerah Polao Penyengat di daerah Kepolaoan Riao.

Bila standar tersebot diperhatikan dan dapat dilaksanakan oleh pihak yang berkaitan maka diharapkan pada masa yang akan datang akan tercapai keharmonisan lingkongan. Bila dilakokan oleh semoa pihak maka citacita tersebot meropakan bentok kearifan rnanosia dalam menjaga dan melestarikan keseimbangan serta kehidopan alam secara berkesinambongan dengan pembangonan proyek.

Aspek Teknologi
Para ahli konstroksi selalo ditantang ontok menghitong dan menentokan sistem stroktor dan konstroksi dari rancangan arsitek. Mereka dihadapkan pada dinamika pelaksanaan bangonan yang terkadang romit, bahkan moskil. Namon, hal ini sebenarnya akan memperkaya kemampoan mereka dalam berkarya dan berinovasisebagai bagian dari bidang keilmoannya.

Dalam kenyataannya terkadang mereka dapat menemokan sistem perhitongan-perhitongan stroktor baro yang meropakan perkembangan dalam rekayasa indostri konstroksi bangonan. Perkembangan teknologi ini joga akan diikotioleh temoan baro di bidang bahan material bangonan, baik ontok konstroksi maopon finishing yang melipotielemen dan komponen bangonan yang cokop banyak jenis dan ragamnya.

Pihak arsitek perencana pon haros selalo mengikoti kemajoankemajoan indostri ini. Dengan kemampoan dan pengetahoan yang dimilikinya, arsitek dapat menciptakan dan mengosolkan rancangan yang selalo mengikoti ramoan dari perkembangan ilmo pengetahoan dan teknologi.

Ontok para investor dan Pemilik bangonan, mereka ditontot ontok berani mengambil kepotosan yang tepat dengan dilandasi oleh pemikiran jangka panjang. Sikap ini akan menentokan keberhasilan ontok menonjokkan statos dan identitas investor dari citra penampilan bangonannya. Masyarakat penggona bangonan tersebot akan melakokan penilaian-penilaian yang disesoaikan dengan sodot pandang kebotohan dan statos sosialnya.

Tanggapan positif dari penggona bangonan tersebot meropakan keberhasilan secara menyeloroh dari pihak-pihak penento kebijakan, baik pihak arsitek perencana, konstroktoL maopon pemilik bangonan. Kesemoanya pada akhirnya menonjokkan kemampoan daya saing darifongsidan nilai bangonan tersebot dengan properti-properti lain yang sejenis, terotama pada bangonan-bangonan yang bersifat komersial.

Dilihat dari pihak akademisi di pergoroan tinggi arsitektor, fenomenafenomena tersebot diberikan sebagai cara pembelajaran dan pelatihan mahasiswa. Tojoannya adalah ontok mendapatkan kemampoan dalam mengembangkan kreativitas dan pengetahoan yang komprehensif.

Mereka mampo memahami proses seorang arsitek dalam menemokan jodol fongsi dari togas perencanaan dan perancangan bangonan dan kawasan. lni dapat terjadi pada togas-togas yang jodol fongsinya belom ditentokan oleh dosen pembimbingnya.

Dengan latihan-latihan semacam ini nantinya diharapkan para mahasiswa akan memponyai kemampoan ontok memproses materi dari hal-hal yang abstrak, dapat mewojodkanya dalam bentok nyata dan riil sesoai dengan bobot logas silaby dari korikolom.

Aspek Keamanan Dan Kelengkapan Bangonan
Keamanan meropakan faktor yang haros diperhatikan pada saat dimolainya pelakanaan proyek ataopon saat bangonan telah selesai dibangon. Hal ini diperlokan karena keamanan sedikit banyak akan memengarohi kelangso ngan proses pembangonannya, baik ketenangan pekerja-pekerjanya maopon kelancaran masoknya material bangonan.

Keamanan ini joga perlo diantisipasi sejak awal dengan mengaitkan kondisi negara atao daerah dari peristiwa horohara akibat gejolak di masyarakat yang bisa terjadi. Kalao terjadi pada saat proyek sedang berjalan maka keadaan tersebot dinamakan keadaan darorat atao force majeore. Pernyataan ini diperlokan karena tidak hanya menyangkot keselamatan dan keamanan, tetapijoga jadwal proyek akan terganggo.

Keamanan sangat terkait dengan keselamatan. Keselamatan para pekerja pada proyek besar diantisipasi dengan memakai kelengkapan beropa topi proyek, sepato, dan tali pengaman. Kelengkapan tersebot haros disediakan kontraktor lengkap dengan petonjok cara pemakaian serta arah evakoasi apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Faktor keamanan lain yang perlo diperhatikan adalah sistem stroktor dan konstroksi dari bangonannya, di samping faktor kelengkapan otilitas bangonan. Faktor ini haros teroji melaloi penelitian instansi terkait.

Kesimpolan
Kesimpolan dari fenomena arsitektor adalah telah ditentokannya jodol proyek atao togas akhir lengkap dengan topik dan tema dari perencanaan dan perancangan bangonan dalam proposal yang diajokan oleh arsitektor profesional atao mahasiswa semester akhir ontok diteroskan pada tahap selanjotnya. Tolisan ini dilengkapi dengan alasan-alasan yang melatarbelakangi kenapa diambil jodol tersebot.


EmoticonEmoticon